Ternyata sudah lama saya tidak menulis di blog ini, okelah saya akan mulai menulis lagi. Kali ini saya akan membagikan cerita tentang perjalanan saya di salah satu gunung yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Gunung Raung. Perjalanan ini merupakan perjalanan saya yang pertama untuk melakukan pendakian di gunung Jawa Timur.
Secara administratif, Gunung
Raung terletak di Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Gunung Raung memiliki
ketinggian 3.345 mdpl (Puncak Sejati). Gunung berjenis stratovolcano ini
memiliki kaldera kering terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat. Gunung Raung juga sering disebut memiliki jalur terberat di
Jawa.
Gunung Raung memiliki beberapa
jalur pendakian, namun hanya ada satu jalur pendakian yang bisa mencapai Puncak Sejati yaitu Jalur Kalibaru. Untuk mencapai Basecamp Kalibaru, kalian bisa
menggunakan kereta dengan tujuan Stasiun Kalibaru.
Saya berencana melakukan
pendakian bersama sembilan teman saya pada tanggal 18 – 20 Juli 2019. Lama waktu
pendakian normalnya 4 hari 3 malam, namun karena waktu yang terbatas akhirnya
kami memutuskan untuk melakukan perjalanan selama 3 hari 2 malam. Tim saya
berisi orang-orang yang berasal dari beberapa kota di Indonesia, ada Resti
(
@restipramandani) dan Andre (
@andreefendi_) dari Jakarta, Hanin
(
@hanin_shofia) dari Tegal, Dedy (
@kribonisasi) dari Pemalang, saya
(
@shandyeksani) dari Pekalongan, Arief (
@edelweise_senja) dari Purwokerto, Apri
(
@apriel19), Tri (
@ndo_lor) dan Aji (
@rb.aji) dari Solo.
|
Jakarta - Kalibaru |
Kami mulai berangkat tanggal 16 April
2019 dengan satu kereta yang sama. Lhoh, kan kalian beda kota, kok bisa bareng
keretanya? Begini triknya, pasrahkan transportasi kepada orang yang tau jadwal
dan jalur kereta, jadi dia yang pesen tiketnya. Masih bingung? Jadi gini
teknisnya, Resti berangkat dari Jakarta naik kereta, kereta yang dinaikin Resti
lewat Tegal (Hanin naik) dan Pekalongan (Saya dan Dedy naik) lalu kereta
meluncur ke Madiun dan kita turun di Madiun. Kenapa di Madiun? Karena di
Madiun, kereta yang dinaikin oleh Arif, Apri, Tri, dan Aji akan lewat sehingga
Saya, Dedy, Resti dan Hanin bisa pindah ke kereta tersebut. Mungkin begitu saja
penjelasan saya tentang bagaimana cara kami bisa berada dalam kereta yang sama.
Lanjut lagi ke cerita tentang
Raung. Kami berdelapan tiba di Stasiun Kalibaru tanggal 17 Juli 2019 pukul
19.00 wib. Di Stasiun Kalibaru kami bertemu Andre yang sudah tiba terlebih
dahulu dengan menggunakan pesawat. Di Stasiun Kalibaru kami juga bertemu dengan
Mas Agung (
@knuga88) yang akan menjadi guide kami selama di Gunung Raung
bersama dengan Mas Erik dan Mbak Lupi (
@lupiayususanti). Ada satu lagi teman
Mas Agung yang akan menyusul yaitu Mas Naka. Total 13 orang akan naik ke Gunung
Raung di tim kami.
Dari Stasiun Kalibaru ke Basecamp, kami akan diantar oleh
tukang ojek yang sudah ada di Stasiun sejak kereta tiba. Karena ojek yang
tersedia tinggal sedikit akhirnya kami naik ojek satu motor untuk 3 orang. Saran
dari saya sih jangan mau jika kalian disuruh naik ojek bertiga karena biayanya
sama dengan naik ojek berdua. Kami dibawa oleh tukang ojek melewati area
perkebunan PTPN XII yang berisi tanaman tebu, coklat, dan kopi. Setelah berkendara selama
kurang lebih 15 menit, akhirnya kami tiba di Basecamp Pak Aldi. Setelah
berkenalan dengan pemilik basecamp, bersih-bersih, ngopi dan packing, kamipun
beristirahat karena esok hari perjalanan panjang sudah menanti.
|
Basecamp Pak Aldi |
PERJALANAN BASECAMP – POS 1
Kami berencana berangkat pukul
07.00 wib dan akan langsung menuju Camp 7. Rencana akhirnya berubah menjadi
wacana, kami mulai briefing di sekretariat pukul 08.00. Kami menggunakan ojek dari
sekretariat menuju pos 1 (Pak Sunarya) dengan waktu tempuh 30 menit (jika
berjalan kaki, waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 4 jam). Ojek yang membawa
kami melewati jalan yang menanjak dan jalan yang dilewati berupa beton dan
tanah basah. Kanan-kiri jalan yang kami lewati didominasi oleh hutan pinus dan
kebun kopi. Setelah sampai di Pos 1 , kami disambut oleh Pak Sunarya dan Bu
Sunarya tidak lupa dengan suguhan kopi dari kebun mereka. Pos 1 ini merupakan
tempat berhentinya para tukang ojek untuk mengantar atau menjemput pendaki.
Kami berdoa disini sebelum melanjutkan pendakian ke Pos 2.
|
Pos 1 (Warung Pak Sunarya) |
PERJALANAN POS 1 – CAMP 2
Perjalanan dari Pos 1 ke Camp 2
merupakan perjalanan antar camp paling panjang di Gunung Raung. Trek tanah
pasir dan beton mendominasi jalur ini. Kami berjalan perlahan menyusuri jalan
setapak yang dikelilingi oleh kebun kopi. Kami bisa melihat secara langsung
buah kopi yang siap di panen, terkadang ada beberapa motor porter yang lewat
sambil membawa peralatan pendakian. Owh iya, pada pendakian kali ini kami tidak
mengandalkan porter untuk membawa peralatan kami. Setiap orang di tim kami
diwajibkan membawa minimal 4 botol air mineral ukuran 1,5 liter, bahkan ada
salah satu orang di tim kami, Apri, yang membawa 10 botol dan 1 buah semangka.
Beban yang berat membuat perjalanan kami menjadi agak lama. Setelah berjalan selama
30 menit, kami beristirahat sejenak di sebuah shelter kebun kopi. 15 menit
kemudian kami melanjutkan pendakian. Setelah melewati kebun kopi, kami mulai
memasuki hutan. Jalan yang kami lalui belum terlalu menanjak dan terkesan
datar. Setelah berjalan sekitar 1 jam 30 menit, kami sampai di Camp 2. Gunung Raung masih terkenal dengan keasrian hutannya. Camp 2 Gunung Raung merupakan tanah lapang yang dikelilingi oleh hutan yang masih lebat dan bisa digunakan untuk mendirikan kurang lebih 13 tenda pendaki. Namun, pihak sekretariat Gunung Raung tidak menyarankan untuk mendirikan tenda di Camp 2 karena selain hutannya yang masih lebat, masih banyak hewan buas (macan dahan) di sekitar Camp 2 ini.
|
Hutan antara Pos 1 dengan Camp 2 |
PERJALANAN CAMP 2 - CAMP 3
Cerita perjalanan dari Camp 2 ke Camp 3 akan saya ceritakan di part selanjutnya ya, jadi pantau terus blog saya ini, siapa tau bisa bermanfaat bagi kalian. Salam lestari dari saya Shandy Eksani.
2 Comments
Wah keren mase
ReplyDeleteTerima Kasih mas
ReplyDelete